Senin, 28 Maret 2016

Pasien Miskin

Indonesia hanya memiliki dua jenis pasien. Pasien kaya dan miskin. Saat keduanya sakit, mereka sama-sama bingung. Pasien kaya bingung memilih rumah sakit mewah mana yang akan di pilih untuk merawatnya, fasilitas apa saja yang akan di ambil dan siapa dokter terkenal yang akan merawatnya. Uang bukan masalah, asalkan pasien dirawat sebaik dan senyaman mungkin.

Ini wajar dalam hidup, dengan uang kita bisa membeli apapun, termasuk fasilitas di rumah sakit. Orang yang punya uang akan memilih kamar yang bagus dan fasilitasnya lengkap. Kamar mandi dalam, TV, AC, wifi, kulkas dan fasilitas-fasilitas yang membuat nyaman pasien akan di bayar meskipun mahal. Bagi orang kaya, apapun akan di lakukan untuk membuat pasien merasa senang dan nyaman. Mungkin 20 tahun lagi di sediakan flying fox dan banana boat di kamar pasien agar pasien merasa terhibur.

Pasien miskin juga mengalami kebingungan. Bingung dengan apa mereka membayar, dimana mereka akan dirawat dan siapa yang akan merawat. Jangan kan televisi, kebagian kamar aja udah bersyukur. Bahkan kadang ada yang gak kebagian tempat tidur dan harus tidur di lantai. Itu pasien lho bukan fans JKT48. Tapi ya mau gimana lagi. Yang penting bagi mereka adalah dirawat meskipun “seadanya”.

Tapi orang miskin bisa bernafas lega. Pemerintah punya program-program yang bisa membebaskan pasien tidak mampu dari biaya rumah sakit. Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat) dan Maskin (Masyarakat Miskin) dan beberapa program lainnya. Program ini menanggung semua administrasi mulai dari biaya rawat inap, obat-obatan dan biaya dokter.

Jumlah pasien yang berobat kadang melebihi kapasitas ruangan. Tidak jarang Saya lihat pasien yang kritis tapi harus di rawat di lorong-lorong. Ya mau bagaimana lagi. Apapun fasilitasnya, apapun kondisinya, bagi orang miskin yang penting adalah di rawat dan gratis. Tanpa TV, AC, flying fox dan banana boat.

Meskipun tindakan medis yang dilakukan terhadap kedua jenis pasien ini sama, tapi ada sedikit perbedaan perlakuan terhadap keduanya. Biasanya pasien yang membayar di perlakukan dengan hati-hati, karena mereka membayar. Sedangkan pasien yang gratis, alias di bayar oleh pemerintah, biasanya mendapat perlakuan yang biasa aja.

“Alaaahhh, wong gratis aja, koq minta enak”

Harus di akui inilah yang ada di benak tenaga medis saat menangani pasien gratis. Ya mungkin tidak semua, hanya beberapa. Atau anggap aja ini hanya kecurigaan Saya. Kesenjangan social bisa terlihat disini.

Kita pasti sering mendengar ungkapan “orang miskin dilarang sakit”. Saya ga setuju dengan ungkapan itu. Karena pemerintah sudah memberikan bantuan berupa program di atas. Yang dilarang sakit di Indoensia ini adalah orang kelas menengah. Dimana orang-orang ini tidak cukup kaya untuk membayar biaya rumah sakit, dan tidak cukup miskin untuk mendapat bantuan pemerintah.

Untuk mendapat bantuan dari pemerintah, Anda harus memenuhi beberapa syarat. Salah satunya Anda harus miskin. Dan menjadi orang miskin ternyata juga ada syaratnya. Silahkan Anda cari sendiri syarat dan kriteria menjadi orang miskin agar berhak mendapat bantuan kesehatan dari pemerintah.

Orang kelas menengah ini masuk dalam kategori pasien umum dan harus membayar biaya rumah sakit nya sendiri. Celakanya saat uangnya habis, mereka harus hutang sana-sini. Kadang harus jual barang-barang untuk membayar biaya rumah sakit nya. Meskipun sudah nggak punya uang, hutang banyak dan udah ngejual barang-barang, tetap belum bisa dikatakan miskin dan belum berhak mendapatkan bantuan untuk berobat dari pemerintah.

Orang yang sudah tidak punya apa-apa karena di korbankan untuk biaya berobat saja belum tentu mendapat bantuan pemerintah. Apalagi orang yang masih punya apa-apa. Karena miskin dan tidak punya uang itu beda. Kalau Anda punya uang tapi tidak punya apa-apa, Anda bisa disebut miskin. Tapi kalo Anda punya apa-apa tapi tidak punya uang, maka Anda belum masuk kriteria orang miskin.

Misalnya ada sebuah keluarga yang tinggal di perumahan, punya motor dan perabotan rumah kelas menengah. Lalu bapak nya sakit parah dan berobat dengan biaya yang sangat mahal. Uangnya habis dan harus menjual motor dan barang-barang yang lain. Meskipun sudah tinggal rumah aja dan gak punya apa-apa, orang ini belum di katakan miskin. Saat dia mengajukan permohonan bantuan dari pemerintah, belum tentu juga di kabulkan.

Padahal orang ini sudah gak mampu lagi membayar. Kalo dia harus menjual rumah dan segala isinya agar memenuhi kriteria untuk mendapat bantuan dari pemerintah, kemungkinan akan di bantu. Tapi saat pulang dari rumah sakit, keluarganya sudah tinggal di kolong jembatan.

Menurut Saya syarat yang ditetapkan untuk mendapat bantuan dari pemerintah ini bagus untuk mencegah terjadinya kecurangan. Misalnya orang yang mampu tapi karena kenal orang dalam, maka di ajukan untuk mendapat bantuan. Namun kerancuan dalam menetapkan seseorang berhak atau tidaknya mendapat bantuan, akan menimbulkan masalah.

Menurut Saya harus ada kebijakan baru dimana pemerintah mau membantu orang yang membutuhkan. Gak harus miskin atau harus disahkan untuk mendapat bantuan. Jadi ada semacam bantuan darurat gitu.

Tidak ada komentar:

Pengalaman sangat berharga. Aku menghargai pengalamanku dengan menulisnya. Selamat membaca:)

Pengalaman sangat berharga. Aku menghargai pengalamanku dengan menulisnya. Selamat membaca:)
:)

selamat datang di blog aku

selamat datang di blog aku
menjadi pribadi yang baik itu banyak efek positif nya:) dan banyak cara ngedapetinnya. selamat mencari:D